"Keisomeran Geometri"
DISUSUN OLEH:
MIRNAWATI
(A1C117013)
(A1C117013)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
PERCOBAAN KE-9
I.
JUDUL
“Keisomeran Geometri”
II.
HARI/TANGGAL
Jumat/ 26 April 2019
III.
TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Dapat
mengetahui azas dasar keisomeran ruang, khususnya isomer geometri
2.
Dapat
mengetahui perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia dan fisika
3. Dapat mengetahyi apa pengertian dari keisomeran geometri
3. Dapat mengetahyi apa pengertian dari keisomeran geometri
IV.
LANDASAN TEORI
Dalam suatu atom yang kita anggap hanya
seperti sebuah bola pejal nyatanya seiring dengan berkembangnya zaman dan
kemajuan teknologi fakta tentang atom ini semakin pesat dan semakin
kompleks. Didalam suatu atom memiliki
struktur ruang atom-atom dalam molekul yang digunakan untuk menentukan
sifat-sifat dari sebuah atom atau molekul. Pada umumnya terdapat dua gugus
yaitu cis dan trans. Apabila gugus yang reaktif
adalah cis dan trans terhadap yang lainnya, maka perbedaan geometri
kadang-kadang mudah ditunjukkan secara kimia., seperti asam meleat dan asam
fumarat, yaitu dengan masing-masing cis asam butenadioat. Hasil yang didapatkan
ketika asam meleat dipanaskan didalam tabung yang tertutup diatas titik lelehnya
1300C adalah anhidrit meleat dan 1 mol molekul air.
Apabila asam meleat dapat meleleh namun pada asam fumarat tidak seperti
itu. Asam fumarat akan menyublim pada suhu 1280C membentuk anhidrida
polimerik dan pada suhu tinggi akan membentuk anhidrida meleat. Adapun hal yang
menyebabkan perubahan pada isomer-isomer geometri seperti asam meleat yang
berubah menjadi asam fumarat dikarenakan ikatan rangkap C=C yang diubah untuk
sementara waktu menjadi ikatan tunggal C-C, melalui ikatan tunggal inilah
perputarannya dapat berlangsung dengan bebas atau leluasa.
Trans pada umumnya lebih stabil dibandingkan dengan cis walaupun tidak selalu isomer, hal ini
merupakan bagian yang paling banyak dalam kesetimbangan (Tim Kimia Organik,
2016).
Isomer geometri adalah isomeri yang terbentuk
karena disebabkan oleh adanya perbedaan letak atau gugus didalam ruang. Pada
umumya isomer geometri ini lebih sering
kita sebut dengan isomer cis dan trans. Isomer ini berbeda dengan isomer yang
lainnya, pada isomer ini tidak terdapat pada kompleks dengan struktur yang
linear, trigonal planar, atau
tetrahedral, namun biasanya terdapat pada kompleks planar segi empat dan
oktahedral. Kompleks yang bereaksi dengan sangat lambat dan kompleks yang inert
ini hanya ada pada kompleks yan memiliki isomer. Hal ini terjadi dikarenakan
kompleks-kompleks yang bereaksi dengan sangat cepat atau kompleks-kompleks yang
labil, sering bereaksi lebih lanjut dan membentuk isomer yang stabil
(Syabatini, 2012).
Ikatan
kovalen dapat memunculkan kemungkinan agar terbentuknya senyawa-senyawa isomer,
hal ini dikarenakan ligan terikat dalam ruangan sekitar pada ion logam pusat,
peristiwa ini terjadi pada beberapa senyawa kompleks koordinasi. Adapun
pengertian dari senyawa isomer tersebut adalah molekul-molekul atau ion-ion
yang memiliki susunan atom yang sama sehingga bangun serta sifat yang
dimilikinya berbeda-beda. Keisomeran yang sering kita temui pada senyawa
kompleks koordinasi adalah keisomeran cis-trans dan keisomeran optik. Tanda
bahwa terjadinya keisomera cis dan trans ini adalah terjadi pada senyawa
kompleks yang memiliki bilangan koordinasi 4,5,6. Sedangkan senyawa kompleks
yang emiliki bilangan koordinasi 4, keisomeran hanya terjadi pada bangun yang
berisi empat ligan. Ligan tersebut memiliki jarak yang sama ke logam pusat.
Misalnya, senyawa kompleks platina (II), (Pb (NH3)2. Cl2),
mempunyai dua senyawa isomer yang berbeda kelarutannya, setawarna dan sifat dan
lain sebagainya. Kompleks kobalt (III) etilendiamin. Senyawa kompleks pada
umumnya memiliki dua isomer, yaitu isomer dektro (d) dan levo (I) (Rivai,
2014).
Pada
dasarnya asam maleat dan asam fumarat keduanya memiliki rumus struktur yang
sama yaitu HO3CCH-CHCO3H (asam butedionat), namun
walaupun memiliki rumus struktur yang sama asam maleat dan asam fumarat juga
memiliki beberapa perbedaan, yaitu sebagai berikut. Asam maleat dapat dengan
mudahnya membentuk anhidrat dari sebuah pemanasan atau treatment dengan menggunakan
dehydrating agent, contohnya adalah air. Sedangkan pada asam fumarat dengan
mudah membentuk anhidrat tetapi dengan
pemanasan yang dilakukan secara terus menerus. Asam fumarat tersebut
dapat diubah menjadi anhidrat maleat. Perbedaan yang lainnya adalah asam maleat
adalah isomer cis dan asam fumarat adalah isomer trans. Asam maleat dapat
diperoleh dari oksidasi benzena (Wilcos, 2015).
Pada dasarnya senyawa-senyawa organik yang berikatan dengan
atom karbon tidak hanya memiliki ikatan tunggal saja, namun juga memiliki
ikatan rangkapnya. Adapun perbedaan pada gugus yang terikat pada atom karbon
tunggal dan rangkap yaitu sebagai berikut. Pada gugus yang terikat pada atom
karbon ikatan tunggal akan bebas berotasi sepanjang ikatan tunggal –C-C- akibat
dari rotasi ini adalah tidak dapat dibedakannya orientasi bidang ruang gugus
fungsinya, sedangkan pada gugus yang berikatan dengan atom karbon rangkap
berlaku hal yang sebaliknya yaitu gugus atau atomnya tidak dapat berotasi bebas
sehingga orientasi ruang gugusnya dapat diidentifikasi sehigga disebut juga dengan
isomer geometri. Tidak hanya sampai disitu,
isomer geometri juga dapat kita lihat pada senyawa-senyawa organik dengan
rantai siklik contohnya adalah cincin dari karbon sikloalkana dimana pada
cincin karbonnya terbentuk bidang pseudo yang biasanya difungsikan untuk menetappkan
atau melihat orientasi relatif atom atau gugus yang terikat pada cincin karbom
sikloalkana itu atau disebut sterokimianya. Orientasi atom yang berada di sisi
cincin disebut “atas” kemudian pada sisi lainnya disebut “bawah”. Telah
disepakati oleh para ahli kimia, ada suatu ikatan yang bentuknya baji yang
digunakan untuk menunjukkan gugus/atom yang terletak di atas bidang rata-rata
cincin (atas), sedagkan yang lain ada yang namanya garis tetas untuk ikatan
pada atom atau kelompok-kelompok yang tempatnya pada bagian bawah cincin
(bawah) (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).
V.
ALAT dan BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai
bebrikut:
5.1 Alat
-
Erlenmeyer
125 ml
-
Pembakar
bunsen
-
Corong
buchner
-
Labu
bulat 400 ml
-
Alat
penentu titik leleh
-
Kertas
saring
5.2 Bahan
-
Anhidrat
maleat
-
HCl
pekat
-
Kondesor
refluks
VI.
PROSEDUR KERJA
1. Dididihkan
20 ml air suling didalam erlenmeyer 25 ml.
2. Ditambahkan
15 gr anhidrat maleat (anhidrat awalnya akan melebur (1530C)
kemudian bereaksi dengan air menghasilkan asam maleat yang sangat larut dalam air panas (400 gr/100 ml air
panas) bahkan mudah larut dalam air dingin (79 gr/100 ml) pada 250C.
3. Didinginkan
labu dibawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal
dari larutan.
4.
Dikumpulkan
asam maleat diatas corong buchner.
5.
Dikeringkan,
dan ditentukan titik lelehnya.
6.
Jangan
dibuang filtrat yang mengandung banyak maleat terlarut.
7.
Dipindahkan filtrat ke dalam labu bundar 100 ml.
8.
Ditambahkan
15 ml HCl pekat.
9.
Direfluks
perlahan-lahan selama 10 menit.
10. Didinginkan larutan pada suhu kamar.
11. Dikumpulkan asam fumarat dalam corong Buchner.
12. Direkristalisasi dalam air (kira-kira 12 ml
per gr asam).
13. Ditentukan tiitk lelehnya dengan menggunakan
melting blok logam.
Adapun video terkait dengan percobaan ini
adalah sebagai berikut:
Adapun permasalahan yang timbul dari video
diatas yaitu:
1. Apa fungsi
dilakukannya proses refluks pada video tersebut?
2. Mengapa
dilakukan penambahan air panas dan HCl kedalam labu dasar bulat yang berisi
asam maleat yang berbentuk kristal pada video tersebut?
3. Mengapa
setelah dilakukan refluks zat yang telah dihasilkan direndam didalam gelas
kimia yang berisi air es?
nama Yulinarti Choinirul Nisyah (A1C117025) akan mencoba menjawab no 1. Fungsi dilakukannya proses refluks adalah untuk memberikan energi aktivasi dalam rangka untuk mengubah asam maleat (cis) menjadi asam fumarat (trans)
BalasHapusPutri Ayu Indah Lestari (05) akan menjawab pertanyaan nomor 3 mengenai pentingnya perendaman zat yang dihasilkan dengan air es setelah refluks yaitu agar dapat menjenuhkan hasil penguapan dari proses refluks, sehingga hasil uap tersebut berubah menjadi bentuk kristal
BalasHapusSaya Monica (077) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2, yaitu Penambahan air panas dan HCl kedalam asam maleat yang berbentuk kristal adalah untuk melarutkan asam maleat tersebut
BalasHapus