DISUSUN OLEH:
MIRNAWATI
(A1C117013)
(A1C117013)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. DATA PENGAMATAN
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Apel digerus dan ditumbuk
|
Ekstrak apel hijau atau maleat yang
berwarna keruh
|
2.
|
Dimasukkan ekstrak 20 ml labu dasar bulat
|
Ekstraknya tetap keruh
|
3.
|
Ditambahkan HCl pekat 15 ml
|
Ekstraknya menjadi seperti mendidih tetapi
belum terjadi perubahan warna
|
4.
|
Dilakukan proses refluks
|
Warnanya menjadi coklat pekat dan
terbentuk kerak didasar labu
|
5.
|
Disaring sebanyak dua kali
|
Menghasilkan filtrat berwarna coklat
|
6.
|
Dijenuhkan dengan menggunakan es batu
selama 30 menit.
|
Tidak terbentuk kristal, filtratnya tetap
dalam bentuk cair.
|
VIII. PEMBAHASAN
Pada dasarnya
senyawa-senyawa organik yang berikatan dengan atom karbon tidak hanya memiliki
ikatan tunggal saja, namun juga memiliki ikatan rangkapnya. Adapun perbedaan
pada gugus yang terikat pada atom karbon tunggal dan rangkap yaitu sebagai
berikut. Pada gugus yang terikat pada atom karbon ikatan tunggal akan bebas
berotasi sepanjang ikatan tunggal –C-C- akibat dari rotasi ini adalah tidak
dapat dibedakannya orientasi bidang ruang gugus fungsinya, sedangkan pada gugus
yang berikatan dengan atom karbon rangkap berlaku hal yang sebaliknya yaitu
gugus atau atomnya tidak dapat berotasi bebas sehingga orientasi ruang gugusnya
dapat diidentifikasi sehigga disebut juga dengan isomer geometri (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).
Pada percobaan keisomeran
geometri ini kami melakukan percobaa untuk mengubah asam maleat menjadi asam
fumarat. Seperti yang kita ketahui bahwa
asam maleat adalah isomer cis dari asam butenadioat dan asam fumarat adalah
isomer trans dari asam butenadioat. Pada proses pengubahan asam maleat menjadi
asam fumarat dibantu dengan cara refluks. Refluks adalah proses pemanasan
dengan suhu tinggi, prinsip dari refluks itu sendiri adalah volatil atau mudah
menguap. Sehingga ketika zat tersebut menguap pada suhu tinggi, kemudian akan
dilanjutkan dengan kondensasi atau pendinginan sehingga uap tersebut jatuh
kembali ke dalam labu yang berisi zat tersebut.
Pada percobaan ini kami
menggunakan asam maleat berupa ekstrak dari apel hijau, dimana kita dapat
mengientifikasi bahwa ekstrak tersebut adalah asam maleat dengan cara melihat
kelarutannya didalam air, apabila larut dengan sempurna maka ekstrak apel hijau tersebut adalah asam maleat.
Kemudian dapat diuji dengan cara mengetahui rasa dari ekstrak tersebut, apabila
rasanya asam maka ekstrak tersebut adalah asam maleat. Lalu dapat pula diuji
dengan cara mengecek Ph nya dengan menggunakan kertas lakmus. Apabila
didapatkan pH dibawah 7, maka zat tersebut adalah asam maleat. Kemudian apabila
zat tersebut dalam bentuk padatan, cara pengujiannya dapat dilakukan dengan
cara melihat titik lelehnya, apabila titik lelehnya 143 0C – 148 0C
maka padatan tersebut dapat kita katakan asam maleat. Pelarut yang kami gunakan
pada percobaan ini adalah HCl pekat, dimana HCl inilah yang akan mengubah
ektrak asam maleat menjadi asam fumarat dengan bantuan refluks dimana
terjadi dua reaksi, yaitu reaksi adisi
dan reaksi eliminasi.
Perlakuan yang kami lakukan
yaitu, pertama membuat ekstrak dari apel
hijau tersebut. Yaitu dengan menumbuk irisan dari apel hijau tersebut hingga
mengeluarkan air yang berasal dari apel hijaunya tanpa menambahkan sedikitpun
air. Warna dari ekstrak apel hijau ini adalah warna air keruh. Kemudian,
ditambahkan dengan HCl pekat sebanyak 15 ml. Perubahan warna yang terjadi pada
setelah penambahan HCl adalah menjadi warna coklat tua. Pada penambahan HCl
inilah terjadi proses adisi pada ekstrak apel hijau atau asam fumarat tersebut.
Dimana terjadi mengadisi ikatan rangkap C=C pada asam maleat. Reaksi yang
terjadi ini merupakan reaksi adisi elektrofil karena serangan awal dilakukan
oleh elektrofil. Hasil dari reaksi adisi ini ikatan tunggal C-C yang sangat
mudah berotasi sehingga akan terjadi perubahan letak-letak gugus yang terikat
pada dua atom C. Alasan molekul tersebut dapat megalami rotasi adalah karena
gugusnya haya terikatan pada ikatan sigma bukan ikatan phi atau ikatan rangkap.
Kemudian, didalam labu dasar bulat tersebut ditambahkan batu didih, hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya bumping pada larutan tersebut. Selanjutnya,
dilakukan proses refluks, proses refluks ini adalah proses pemanasan dengan
suhu tinggi yang akan membantu proses adisi pada asam maleat tersebut, sehingga akan cepat mengalami
reaksi. Untuk memecah ikatan ragkap menjadi ikatan sigma tersebut membutuhkan
energi yang tinggi. Selanjutnya, setelah
terjadi reaksi adisi akan terjadi reaksi eliminasi. Tujuan dari reaksi eliminasi
ini adalah membentuk kembali ikatan rangkap pada atom C tersebut sehingga akan tersebut asam fumaratnya.
Setelah proses refluks selesai, larutan asam fumarat yang ditambahkan dengan
HCl tadi menjadi warna coklat yang makin pekat atau hampir menjadi warna kehitaman,
dan terbentuk seperti kerak didasar labu dasar bulat tersebut. setelah itu,
dilakukan proses penyaringan, pada proses penyaringan ini kami melakukannya
sebanyak dua kali, hal ini dikarenakan pada filtrat pertama yang didapatkan
tidak menghasilkan filtrat yang jernih. Kemudian, kami melakukan penjenuhan,
proses penjenuhan dilakukan agar hasil dari filtrat tersebut akan mengkristal.
Proses penjenuhan kami lakukan dengan cara meletakkan erlenmeyer yang berisi
larutan hasil filtrat tersebut ke dalam box yang berisi es batu. Setelah
ditunggu hingga 30 menit ternyata larutan tersebut juga belum mengkristal. Hal
ini mungkin dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Kandungan yang terdapat
didalam apel hijau mungkin bukan hanya asam maleat saja, tetapi ada kandungan
lain. Sedangkan pada proses perubahan asam maleat menjadi asam fumarat ini dibutuhkan asam
maleat murni.
2. Pada saat proses penjenuhan,
seharusnya setelah proses penyaringan dilakukan secara cepat, hasil filtrat
tersebut langsung didinginkan dengan es batu yang telah disediakan. Karena
prinsip dari penjenuhan adalah perubahan suhu yang sangat drastis dari suhu
tinggi ke suhu yang sangat rendah. Sedangkan yang kami lakukan adalah menyaring
hasil dari refluks sebanyak dua kali, sehingga hasil filtratnya telah dingin
dan tidak terbentuk kristal.
IX. PERTANYAAN PASCA
Adapun permasalahan yang timbul setelah
dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengapa
pada percobaan ini digunakan ekstrak dari apel hijau sebagai pengganti dari
anhidrat maleat?
2.
Mengapa
hasil dari proses refluks tidak didapatkan warna yang jernih?
3.
Mengapa
pada akhir percobaan tidak terbentuk kristal dari asam maleat?
X. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik setelah dilakukannya percobaan ini
adalah sebagai berikut:
1. Isomer
ruang adalah isomer yang terjadi karena adanya perbedaan susunan atom
didalamnya atau perbedaan konfigurasi elektron. Untuk isomer ruang itu sendiri
terbagi menjadi dua yaitu isomer optis dan isomer geometri. Isomer geometri
terbagi lagi menjadi dua yaitu isomer cis dan isomer trans.
2. Adapun perbedaan
dari isomer cis dan trans yaitu momen dipol yang ada pada isomer trans adalah
nol, sedangkan untuk isomer cis adalah polar. Titik didih isomer yang ada pada
cis lebih besar dari pada titik didih yang ada pada trans. Hal ini berbanding
terbalik dengan titik leleh. Titik leleh yang ada pada isomer trans lebih besar daridapa titik leleh yang
ada pada isomer cis.
3. Isomer geometri
adalah adalah isomer yang dimiliki oleh dua molekul yang sama dalam hal rumus
molekulnya, namun berbeda dengan penataan atau letak gugus ruangnya. Isomer geometri
yaitu isomer cis dan isomer trans. Isomer cis dan trans ini memiliki sifat yang
berbeda meskipun sama-sama termasuk kedalam isomer geometri.
XI. DAFTAR PUSTAKA
·
Rivai.
2014. Kimia Organik dan Soal-soal.
Semarang: Putra Cempaka
·
Syahbatini.
2012. Kimia Organik Jilid I. Jakarta:
Erlangga
· Tim
Kimia Organik . 2016. Penuntun Praktikum
Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
· Wilcos.
2015. Upaya Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Mata Kuliah Kimia Organik II Melalui Pendekatan Konstruktivisme.
Jurnal Exacta. Vol 1. No. 2. (diakses 24 April 2019).
XII. LAMPIRAN GAMBAR
1. Tahap penyaringan pertama setelah larutan direfluks
2. Tahap kristalisasi
3. Hasil filtrat
4. Penyaringan kedua hasil refluks
5. Tahap merefluks dilakukan
Saya Silvy wahyu fradini A1C117023
BalasHapusAkan menjawab pertanyaan no 2. Mengapa hasil refluks tidak jernih Karena warna awal dari ekstrak apel hijau tersebut sudah berwarna coklat atau keruh, sehingga ketika ditambahkan pelarut HCl dan direfluks warnanya juga semakin pekat.
Saya Yuli Asriani (039). Saya akan menjawab pertanyaan nor 1 bahwa apel hijau digunkan sebagai pengganti anhidrat maleat Karena pada apel hijau terdapat kandungan asam maleat tetapi bukan asam maleat murni, hal ini dikarenakan pada apel hijau tidak hanya terdapat kandungan asam maleat saja namun juga terdapat kandungan lain. Terimakasih
BalasHapusnama Yulinarti Choinirul Nisyah (A1C117025) akan mecoba menjawab no 3. Karena asam maleat yang digunakan adalah asam maleat tk murni, dan pada saat penjenuhan telah terjadi penurunan tekanan uapa atau hasil dari refluksnya telah dingin
BalasHapus