Kamis, 07 Maret 2019

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I ANALISA KUALITATIF UNSUR-UNSUR ZAT ORGANIK DAN PENENTUAN KELAS KELARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I





DISUSUN OLEH:

MIRNAWATI
 (A1C117013)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019


VII. DATA PENGAMATAN

7.1 Analisa Unsur
7.1.1 Karbon dan Hidrogen
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
Dimasukkan 1-2 gr CuO kering dan dipanaskan
Tidak terjadi perubahan apa-apa
2.
Ditambahkan gula (1/10 jumlah CuO)
Ketika ditambahkan gula, gula tersebut tidak tampak
3.
Dialirkan pipa kedalam tabung yang berisi 10 ml (Ca(OH)2 dipanaskan
Ketika ditambahkan gula, gula tersebut tidak tampak

7.1.2 Halogen
a. Tes Beilstein
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
Dipanaskan kawat tembaga, diginkan lalu tetesi kawat dengan dua tetes CCl4 (benzen), dan dipijarkan
Pada saat tembaga dipanaskan warnanya kemerahan dan ketika sudah ditambahkan benzen timbul bau gas dan warna tembaga berubah menjadi putih/tidak merah lagi.

b. Tes CaO
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
Dipanaskan CaO sampai suhu tinggi ditambahkan 2 tetes CCl4 (benzen)
Setelah ditambahkan CCl4 (benzen) tercium bau yang menyengat dan dan terdapat gumpalan dan dipinggir dala tabung terdapat uap air
2.
Dididihkan lagi setelah dingin dengan 5-10 ml air suling dituang kedalam gelas kimia dan larutan dalam HNO3
Ketika dididihkan terdapat gelembung gas dan warna larutannya jernih

7.1.3 Metoda Leburan
a. Belerang
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
Diasamkan 3 ml larutan larutan L (NAOH) dididihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan dengan dengan kertas saring basah yang sudah ditetesi Pb-asetat 10%
Hasil yang diperoleh warnanya bening, dan saat dipanaskan larutannya menggelegak sehingga uapnya naik dan keluar dari kertas saring dan tidak terjadi perubahan warna atau warna tetap bening
2.
Pada larutan L lainnya, ditambahkan 1-2 tetes Na-nitroprosida
Setelah ditambahkan 4-2 tetes Na-nitroprosida larutan yang berwarna bening berubah menjadi kuning bening

b. Nitrogen
1. Urea
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
3 ml larutan L (NH3), ditambahkan 5 tetes FeSO4, 1 tetes FeCl3  dan 5 tetes KF 10%
Hasil ketika ditambahkan FeSO4, terdapat gumpalan berwarna coklat kehitaman, saat ditambah FeCl3 larutannya berubah menjadi warna kuning. Lalu setelah ditambahkan KF, gumpalannya menyebar karena terjadi pengocokan.
2.
Ditambahkan kurang lebih 1-2 ml larutan NaOH 10% dan dididihkan
Setelah ditambah NaOH  gumpalan turun kedasar, pada saat diddihkan larutan kering dan dipinggir gelas terdapat endapan putih sedangkan ditengahnya terdapat endapan berwarna kuning
3.
Diasamkan dengan asam sulfat encer 20-25%
Endapan putih dan kuning pada gelas menghilang, sehingga terbentuk endapan biru berlin dibawah gelas

2. Putih telur
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
3 ml larutan L (Putih telur), ditambahkan 5 tetes FeSO4, 1 tetes FeCl3  dan 5 tetes KF 10% . Ditambahkan kurang lebih 1-2 ml larutan NaOH 10% dan dididihkan
Semakin ditamba bahan tersebut warna larutan menjadi warna kuning pekat. Saat dididihkan larutannya meletup-meletup, lalu didinginkan hasilnya turun serbuk berwarna biru
2.
Diasamkan dengan asam sulfat encer 20-25%
Terdapat endapan biru berlin dan diatas larutannya berwarna kuning pucart.

c. Halogen
No.
Prosedur
Hasil Pengamatan
1.
Diasamkan 3 ml NaOH dan HNO3 lalu dipanaskan
Ketika pemanasan sekitar 1 menit larutan hampir keluar dari wadah karena menggelegak dan warna larutannya bening
2.
Ditambah AgNO3 lalu dididihkan
Warna larutan menjadi coklat keabu-abuan. Setelah dipanaskan larutannya menjadi lebih menggelegak dan terbentuk endapan dengan 3 lapis warna, yaitu hitam, abu-abu, dan hitam

7.2 Penentuan kelas kelarutan
1. Gula
No.
Jenis Pelarut
Hasil Pengamatan
1.
Kelarutan dalam air
Gula larut dan larutannya jernih dan bernilai (+)
2.
Kelarutan dalam benzen
Gula tidak larut secara sempurna, tetapi larutannnya jernih, bernilai (+)
3.
Kelarutan dalam NaOH 10 %
Gula larut dan larutannya jernih, bernilai (+)
4.
Kelarutan dalam NaHCO3 5%
Gula larut dan terdapat gelembung gas, larutannya jernih dan bernilai (+)
5.
Kelartan dalam HCl
Gula larut secara cepat, larutannya jernih dan bernilai (+)
6.
Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Gula tidak larut secara sempurna, campuranya menghasilkan larutan berwarna kuning jernih serta gula melayang-layang ditengah larutan dan gulanya berwarna merah coklat kehitaman dan larutan menimbulkan panas, sehingga bernilai (+)
7.
Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Larutan yang dihasilakan jernih, namun gulanya menyebar, bernilai (+)

2. Tepung
No.
Jenis Pelarut
Hasil Pengamatan
1.
Kelarutan dalam air
Tepung larut dalam air, larutannya keruh sehingga bernilai (-)
2.
Kelarutan dalam benzen
Tepung sedikit larut dan larutannya keruh sehingga bernilai (-)
3.
Kelarutan dalam NaOH 10 %
Tepung menggumpal dan larutannya keruh, bernilai (-)
4.
Kelarutan dalam NaHCO3 5%
Larutannya keruh dan terdapat gelembung gas, bernilai (+)
5.
Kelartan dalam HCl
Larutannya keruh dan terdapat endapan, lalu disaring dan larutannya menjadi jernih. Kemudian larutan ditetesi dengan NaOH sehingga lalrutannya tetap bening, bernilai (+)
6.
Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Larutannya keruh, tidak panas, dan tidak menimbulkan gas. Larutan ini bernilai (-)
7.
Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Larutannya jernih dan terdapat endapan, sehingga berniai  (+)

3. Minyak
No.
Jenis Pelarut
Hasil Pengamatan
1.
Kelarutan dalam air
Larutannya jerniih dan terdapat batas antara minyak dan air, sehingga bernilai (+)
2.
Kelarutan dalam benzen
Minyak dan benzen bercampur dan larutannya jernih. Sehingga bernilai (+)
3.
Kelarutan dalam NaOH 10 %
Terdapat batas antara minyak dan NaOH dan larutannya keruh, bernilai (-)
4.
Kelarutan dalam NaHCO3 5%
Larutannya jernih dan terdapat batasan antara minyak dan NaHCO3, dan bernilai (+)
5.
Kelartan dalam HCl
Lerutannya jernih, dan terdapat batasan, sehingga bernilai (+)
6.
Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Larutannya jernih dan terdapat batasan antara minyak dan H2SO4, sehingga bernilai (+)
7.
Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Larutannya keruh dan terdapat batasan, sehingga bernilai (-)

3. Putih telur
No.
Jenis Pelarut
Hasil Pengamatan
1.
Kelarutan dalam air
Putih telur larut dengan air, dan larutannya keruh, sehingga bernilai (-)
2.
Kelarutan dalam benzen
Larutannya jernih dan terdapat pembatas antara benzen dan putih telur, bernilai (+)
3.
Kelarutan dalam NaOH 10 %
Terdapat busa diatas campuran, larutannya jernih, sehingga bernilai (+)
4.
Kelarutan dalam NaHCO3 5%
Larutannya jernih, dan bernilai (+)
5.
Kelartan dalam HCl
Larutannya keruh dan terdapat endapan putih, sehingga bernilai (-)
6.
Kelarutan dalam H2SO4 pekat
Larutan keruh dan terdapat gumpalan diataslarutan, sehingga bernilai (-)
7.
Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Larutannya jernih dan bernilai (+)

VIII. PEMBAHASAN
       Pada percobaan ini kami melakukan beberapa analisa unsur diantaranya adalah unsur karbon, hidrogen, nitrogen, dan halogen. Tujuan dari penganalisaan beberapa unsur ini adalah agar kita mengetahui peran unsur tersebut dalam senyawa yang membentuknya. Selain itu, kita juga juga dapat mengetahui apa dan bagaimana rumus empiris dan rumus molekul dari senyawa tersebut. Kemudian kita dapat mengetahui bagaimana pelarut polar dan non polar yang sesuai dengan senyawa tersebut (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).

8.1 Analisa Unsur

8.1.1 Karbon dan Hidrogen
Pada percobaan penentuan karbon dan halogen kami memasukkan 1-2 gram CuO kering kedalam cawan porselin yang kemudian dipanaskan hasil yang didapatkan adalah tidak ada perubahan apa-apa. Kemudian CuO yang telah dipanaskan tadi dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan gula 1/10 dari CuO, hasil yang didapatkan adalah gula tersebut tidak tampak karena hanya 1/10 dari CuO. Kemudian dirangkai alat yang menggunakan selang sebagai perantaranya antara tabung reaksi tadi dan gelas kimia yang didalamnya berisi Ca(OH)2). Tabung reaksi yang berisi CuO dan gula tadi dipanaskan dan diberi penyumbat agar uap dari CuO dan gula tidak keluar dari tabung reaksi. Setelah beberapa saat dipanaskan, didalam tabung reaksi tersebut timbul uap dan gas hingga gasnya mengalir memalui selang yang dihubungkan dengan gelas kimia yang berisi Ca(OH)2 sehingga dalam gelas kimia tersebut terdapat gelembung-gelembung gas. Serbuk CuO yang bercampur dengan gula tadi berubah menjadi arna hitam.

8.1.2 Halogen
Pada penentuan halogen ini ada dua yaitu tes beilstein dan tes CaO. percobaan. Adapun penjelasan kedua percobaan tersebut sebagai berikut:

a. Tes beilstein
Pada percobaan ini digunakan kawat tembaga, kawat tembaga ini dipanaskan hingga warnanya kemerah-merahan dan tak memberikan warna nyala lain. Kemudian tembaga tersebut didinginkaan dan ditetesi dengan 2 tetes benzen, saat ditetesi benzen timbul bau gas dari kawat tersebut. Kemudian kawat tembaga tadi dipanaskan lagi dan warna nyalanya berubah menjadi warna putih. Perubahan ini dikarenakan pada kawat tersebut telah ditetesi benzen.

b. Tes CaO
Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah serbuk CaO bebas halogen. CaO tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi besar lalu dipanaskan  hingga suhu tinggi, hasil dari pemanasan ini adalah CaO menjadi menggumpal. Lalu ketika CaO tersebut masih panas ditambahkan dua tetes benzen, reaksi yang ditimbulkan adalah muncul bau gas yang menyengat dan dipinggir dalam tabung terdapatt uap air tetapi CaO masih menggumpal. Kemudian didinginkan hingga beberapa saat, lalu dididihkan kembali dengan penambahan 5-10 ml air suling, CaO menjadi larut dan terdapat gelembung gas dan larutannya jernih.

8.1.3 Metoda Leburan dengan Natrium 
Pada percobaan metoda leburan dengan natrium ini kami tidak melakukannya dikarenakan tidak tersedia bahan yang akan digunakan dilaboratorium.

    a. Belerang
Pada percobaan ini kami melakukan dua perlakuan. Kami menggunakan larutan L, larutan L yang kami gunakan adalah NaOH. Perlakuan yang pertama adalah mengasamkan 3 ml larutan L (NaOH) dengan asam asetat, hasil yang didapatkan adalah warnanya tetap bening namun larutannya menjadi hangat dan ada pembatas antara larutan teresebut yaitu seperti batas anatra minyak dan air. Kemudian larutan tersebut dididihkan dan diletakkan kertas saring basah yang telah ditetesi dengan Pb-asetat 10% diatas gelas kimia tersebut, hasil yang kami dapatkan adalah larutan tersebut menggelegak dan keluar gas dari larutan hingga menembus kertas saring yang telah dibatasi dengan Pb-asetat 10% dan warna larutannya tetap bening.
Perlakuan yang kedua yaitu sama seperti perlakuan yang pertama, hanya saja setelah pemanasan dan keluarnya gas ditambahkan 1-2 tets larutan Na-nitroprosida, hasil yang didapatkan dari penetesan Na-nitroprosida ini adalah larutannya berubah dari bening menjadi warna kuning jernih.

    b. Nitrogen
Pada percobaan penentuan nitrogen ini kami menggunakan larutan L. Larutan L yang kami gunakan ada dua jenis, yaitu NH3 dan putih telur. Yang pertama dengan NH3 (amoniak), 3 ml larutan L (NH3) ditambahkan 5 tetes FeSO4, reaksi yang didapatkan adalah larutannya terdapat gumpalan coklat berwarna merah, kemudian ditambahkan larutan FeCl3 warna larutuannya menjadi kuning, lalu ditambahkan 5 tetes KF 10% gumpalan tadi menjadi menyebar.  Kemudian ditambahkan lebih kurang 1-2 ml larutan NaOH 10%, hasil yang ditimbulkan adalah gumpalan yang telah menyebar tadi mengendap menjadi endapan. Lalu didihikan didalam gelas kimia, dipinggiran gelas kimia larutannya berwarna putih dan ditengah-tegah larutan tersebut berawarna kuning. Lalu didinginkan dan diasamkan dengan H2SO4 encer (20-25%) endapannya berubah menjadi warna biru berlin. Hal inilah yang menandakan adanya kadar nitrogen didalam NH3 (amoniak).

Pada penentuan kadar nitrogen yang kedua kami menggunakan larutan L yaitu putih telur. 3 ml arutan L (putih telur) ditambahkan 5 tetes larutan FeSO4 warnanya menjadi kuning, kemudian ditambahkan 1 tetes larutan FeCl3 dan 5 tetes larutan KF 10%, kemudian ditambahkan 1-2 l larutan NaOH 10%, hasil yang didapatkan setelah pemnambahan beberaapa larutan diatas adalah warna kuningnya menjadi semakin pekat. Larutan tersebut kemudian dididihkan hasil yang didapatkan adalah larutannya menggelegak dan seperti ada gelembung. Kemudian didinginkan, ditunggu beberapa saat. Saat pendinginan tersebut trurun serbuk berwarna biru kedasar tabung. Lalu diasamkan dengan penambahan 5 tetes H2­­SO4 encer dan dikocok, dan didiamkan sehingga terdapat endapan biru berlin yang  diatas larutannya berwarna kuning pudar.

    c. Halogen
Pada percobaan penentuan kadar halogen ini kami menggunakan larutan L yaitu NaOH. 3 ml larutan L (NaOH) diasamkan dengan HNO3 ence (1 vol HNO3 pekat dalam 1 vol air), hasil yang didapatkan yaitu warnanya tetap bening tidak ada perubahan apapun. Kemudian dididhkan sekitar 5-10 menit untuk menghilangkan HCN yang mungkin terbentuk, hasil yang didapatkan pada pemanasan ini adalah larutannya mendidih atau menggelegak da warnanya tetap bening. Kemudian ditambahkan 5 ml larutan AgNO3 encer (5-10%), setelah penambahan warna dari larutan tersebut berubah menjadi abu-abu kecoklatan. Kemudian didihkan kembali selama beberapa menit, hasil yang didapatkan adalah banyak serbuk endapan dan warnanya ada tiga bagian atau tiga lapisan, yaitu warna hitam, abu-abu jernih, dan hitam.

8.2 Penentuan kelas kelarutan
Pada percobaan ini kami menggunakan 4 sampel yang berbeda yaitu, gula, tepung, minyak dan putih telur yang terdiri dari 7 pelarut yang berbeda pula yaitu air,  eter/benzen, NaOH 5%, NaHCO3 5%, HCl, H2SO4 pekat, dan H3PO4 pekat.

8.2.1 Kelarutan dalam air
     Yang pertama, pada percobaan ini kami masukkan gula kedalam tabung reaksi besar sebanyak 0,1 gram, kemudian kami menambahkan 3 ml air suling, lalu dikocok. Hasil yang kami dapatkan adalah gulanya larut dan larutan ini jernih, ini meandakan bahwa  larutan ini bernilai (+).

     Yang kedua, pada percobaan ini kami memasukkan tepung 0,1 gram kedalam tabung reaksi besar yang selanjutnya ditambahkan air suling sebanyak 3 ml kedalamnya. Setelah beberapa saat dikocok, hasil yang kami dapatkan adalah larutannya keruh dan berebentuk seperti larutan susu. Hal ini menandakan bahwa larutan ini bernilai (-).

     Yang ketiga, yaitu sampel minyak. Pada percobaan ini kami memasukkan 3 tetes minyak kedalam tabung reaksi besar, kemudian menambahkan 3 ml air suling kedalamnya. Perubahan yang terjadi adalah larutannya jernih dan terdapat batas antara minyak dan air, hal ini berarti bahwa larutan ini bersifat (+) karena larutannya jernih.

     Yang keempat, yaitu kami menggunakan sampel putih telur. Pertama, kami memasukkan 3 tetes putih telur kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3 ml air suling kedalam tabug reaksi tersebut. Kemudian dikocok, hasil yang didapatkan adalah putih telur larut dengan air, namun larutan ini menjadi keruh. Hal ini berarti larutannya bernilai (-).

  8.2.2 Kelarutan dalam eter
     Pada percobaan ini sama seperti percobaan kelarutan dalam air, kami memasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml atau 0,1 gram. Kemudian ditambahkan dengan 3 ml pelarut eter (benzen).

   Pada gula hasil yang didapatkan adalah gulanya larut namun tidak sepenuhnya, larutannya jernih dan bening. Hal ini berarti larutan ini bernilai (+).

     Pada tepung, hasil yang didapatkan yaitu tepungnya sedikit larut dan larutannya keruh. Hal ini berarti larutan ini bernilai (+).

     Pada minyak hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih dan minyak bercampur dengan benzen. Hal ini berarti larutannya bernilai  (+).

    Pada putih telur hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih, namun ada pembatas antara benzen dan putih telur, yaitu benzen berada dibagian atas larutan dan putih telur berada dibagian bawah larutan. Hal ini berarti larutan ini bernilai (+).

8.2.3 kelarutan dalam NaOH 10%
   Pada percobaan ini, dilakukan perlakuan yang sama dengan percobaan sebelumnya yaitu terhadap 4 sampel yang berbeda dengan pelarut NaOH 5% pada masing-masing sampel. Namun, jika terjadi keraguan, maka campuran disaring dan filtratnya dinentralkan dengan asam HCl encer.

     Pada larutan gula hasil yang didapatkan adalah gula larut semua didalam NaOH 10% dan larutannya jernih. Hal ini berarti larutan ini bernilai (+).

    Pada tepung hasil yang didapatkan adalah larutannya keruh dan terdapat gumpalan tepung. Hal ini berarti larutan ini bersifat (-).

    Pada minyak hasil yang didapatkan adalah larutannya keruh, dan terdapat batas antara minyak dan NaOH. Hal ini berarti larutan ini bernilai (-).

   Pada putih telur hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih dan terdapat busa dibagian atas larutan tersebut. Hal ini berarti laruutan ini bernilai (+).

8.2.4 Kelarutan dalam NaHCO3 5%
     Pada percobaan ini dilakukan prosedur yang sama dengan percobaan sebelumnya diatas, dan apabila dari larutan tersebut timbul gas CO2 beararti hasilnya (+) dan apabila tidak ada gas CO2 hasilnya (-).

         Pada gula hasil yang didapatkan adalah gulanya larut didalam NaHCO3, larutannya jernih dan terdapat gelembung dalam air. Hal ini menandakan adanya gas CO2, berarti nilai larutan ini adalah (+).

      Pada tepung hasil yang didapatkan adalah larutannya keruh, tetapi terdapat gelembung-gelembung gas yang menandakan adanya gas CO2 dalam larutan tersebut, hal ini menandakan nilai dari larutan ini (+).

      Pada minyak hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih dan terdapat batas antara minyak dan NaHCOdan larutannya bernilai (+). 

       Pada putih telur hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih dan larutannya bernilai (+)

8.2.5 Kelarutan dalam HCl
     Pada percobaan ini pelarut yang digunakan adalah HCl 5%, dengan jumlah penambahan pada setiap sampelnya adalah 5 ml. Jika hasilnya jernih (+), dan apabila meragukan campuran disaring, lalu kedalam filtrat dinetralkan dengan larutan NaOH encer. Jika larutan keruh haslnya (-).

    Pada gula hasil  yang didapatkan adalah gula larut semua didalam pelarut HCl dengan kecepatan melarut yang cepat dari pada pelarut yang lainnya. Kemudian larutannya jernih, sehingga hasil yang didapatkan bernilai (+).

       Pada tepung hasil yang didapatkan adalah larutannya keruh dan terdapat endapan, kemudian karena meragukan kami melakukan penyaringan yang kemudian dilanjutkn dengan penambahan 30 tetes NaOH pada filtrat tersebut. Hasil yang kami dapatkan adalah  larutannya menjadi bening  seperti biasa, hal berarti nilainya (+).

     Pada minyak hasil yang  didapatkan adalah larutannya jernih dan terdapat batas antara larutan tersebut, yaitu batas antar minyak dan HCl. Hal ini berarti nilainya (+).

      Pada putih hasil yang didapatkan adalah larutannya  keruh dan terdapat endapan berwarna putih dibawah larutan. Hal ini berarti nilai larutan ini adalah (-).

8.2.6 Kelarutan dalam H2SO4 pekat
    Pada percobaan ini sama dengan percobaan diatas, namun pelarut H2SO4 yang ditambahkan adalah sebanyak 3 ml, kemudian dikocok dengan hati-hati. Apabila larutannya jernih, timbul panas, atau terjadi perubahan warna maka larutannya (+).

     Pada gula hasil yang didapatkan adalah larutannya berwarna kuning jernih terang dan menimbulkan panas. Tetapi gulanya melayang-layang ditengah larutan dengan warna gula yaitu merah coklat kehitaman atau  seperti warna betadin, berarti hasil yang didapatkan adalah (+).

       Pada tepung hasil yang diperoleh adalah larutannya keruh, dan tidak timbul panas, serta tidak ada gas pada larutannya. Sehingga larutannya bernilai (-).

      Pada minyak hasil yang diperoleh yaitu larutannya jernih  dan terdapat batas antara minyak dan H2SO4 pekat. Larutan ini bernilai (+).

    Pada putih telur hasil yang kami dapatkan adalah larutannya keruh dan terdapat  gumpalan diatas larutan. Hasil yang didapatkan larutannya bernilai (-).

8.2.7 Kelarutan dalam H3PO4 pekat
Pada percobaan ini dilakukan sama seperti percobaan diatas, yaitu apabila larutannya jernih maka bernilai (+).

     Pada gula hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih, dan H3PO4 kental, serta gulanya menyebar. Oleh karena itu larutan ini bernilai (+).

      Pada tepung hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih dan terdapat endapan pada larutan ini. Sehingga larutan ini bernilai (+).

     Pada minyak hasil yang diperoleh adalah larutannya keruh dan terdapat batas antara minyak dan H3PO4. Sehingga larutan ini bernilai (-).

     Pada putih telur hasil yang didapatkan adalah larutannya jernih, hal ini berarti larutannya bernilai (+).


IX. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
  1. Analisa kualitatif adalah suatu analisa atau pekerjaan yang bertujuan menyelidiki atau mencari tau kandungan senyawa-senyawa yang terdapat dalam suatu unsur atau suatu sampel. Dalam melakukan analisa kualitatif ini menggunakan teknik-teknik dan cara-cara berbeda.
  2. Tahapan kerja dalam analisa beberapa unsur dalam suatu sampel yaitu karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, dan halogen dapat dilakukan dengan beberapa tes. Salah satunya dengan cara melihat apakah ada endapan yang terdapat pada larutan  sampel tersebut atau tidak, dan bagaimana warna dari larutan sampel tersebut.
  3. Untuk dapat mengetahui senyawa yang belum diketahui (unknow) dapat dilakukan dengan cara melihat dan mengidentifikasi sifat fisika dan kimia dari senyawa unknow tersebut.  kemudian mencari tau apa jenis pelarut yang sesuai untuk senyawa tersebut. 


X. DAFTAR PUSTAKA
  • Hartami. 2016. Ketepatan Hasil dan Variasi Waktu Pendidikan Organik 2. Vol 2 No 2. Jurnal Analisis Kesehatan. Diakses Tanggal 20 Februari 2019
  • http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/
  • Sunardi dan Darsono. 2015. Kajian Awal Analisis Kualitatif Unsur Carbon Dengan Metode Analisa. Vol 1 No 4. Jurnal Ilmiah. Diakses Tanggal 19 Februari 2019
  • Tim Kimia Organik. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas Jambi
  • Vogel. 2015. Kimia Organik 1. Malang: Erlangga

Adapun permasalahan yang timbul dari praktikum yang telah dilakukan sebagai berikut:


  1. Mengapa pada percobaan kelas kelarutan dengan pelarut air, minyak tidak dapat bercampur atau larut dengan air?
  2. Mengapa pada saat CuO dan gula yang ada pada tabung reaksi dipanaskan yang kemudian dipasang selang yang dihubungkan dengan gelas kimia yang yang berisi larutan Ca(OH)2 timbul gelembung-gelembung gas?? 
  3. Mengapa pada percobaan penentuan halogen ketika 3 ml NaOH dicampurkan dengan HNO3 yang kemudian dipanaskan larutan tersebut hampir keluar dari wadahnya dan menggelegak?? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

XI. LAMPIRAN GAMBAR

Pemanasan pada ujung kawat nikrom

Pemanasan dalam uji unsur hidrogen

Uji kelarutan minyak dalam beberapa pelarut


Uji kelarutan telur putih dalam beberapa pelarut

3 komentar:

  1. Saya Ratna kartika sari nim 011 akan menjawab pertanyaan no 1, alasan dari tifak tercampurnya air dengan minyak dikarenakan air dan minyak termasuk kedalam emulsi yaitu campuran dari dua cairan yang tidak dapat bergabung. Hal ini dikarenakan perbedaan kepolaran atau zat terlarut makromolekul sedangkan pelarutnya adalah medium.

    BalasHapus
  2. Nama saya Rd. Abdurrahman (A1C117015) saya ingin mencoba menjawab pertanyaan no.3 menurut saya Karena NaOH merupakan basa kuat dan HNO3 merupakan asam kuat, sehingga ketika dipanaskan campuran ini bereaksi dengan cepat. Yang ditandai dengan timbulnya letupan-letupan atau gelembung.

    BalasHapus
  3. Saya Friska Utami (A1C117021), saya akan menjawab pertanyaan no.2. Karena pada saat CuO dan gula yang ada didalam tabung reaksi dipanaskan tabung reaksi tersebut disumbat terlebih dahulu dan dilubangi untuk memasukkan selang yang dihubungkan dengan gelas kimia yang berisi larutan Ca(OH)2. Sehingga ketika dipanaskan uap yang ada didalam tabung reaksi tersebut diteruskan kegelas kimia yang berisi larutan Ca(OH)2 melalui selang sehingga keluar gelembung-gelembung gas pada larutan Ca(OH)2.

    BalasHapus

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM

LAPORAN PRAKTIKUM    KIMIA ORGANIK I "KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM" DISUSUN OLEH: MIRNAWATI   (A1C11...