Kamis, 25 April 2019

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KEISOMERAN GEOMETRI


JURNAL PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I
"Keisomeran Geometri"




DISUSUN OLEH:

MIRNAWATI
 (A1C117013)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019



PERCOBAAN KE-9
I.                   JUDUL
“Keisomeran Geometri”

II.                HARI/TANGGAL
Jumat/ 26 April 2019

III.             TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui azas dasar keisomeran ruang, khususnya isomer geometri
2.      Dapat mengetahui perbedaan konfigurasi cis dan trans secara  kimia dan fisika
3. Dapat mengetahyi apa pengertian dari keisomeran geometri

IV.             LANDASAN TEORI
Dalam suatu atom yang kita anggap hanya seperti sebuah bola pejal nyatanya seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi fakta tentang atom ini semakin pesat dan semakin kompleks.  Didalam suatu atom memiliki struktur ruang atom-atom dalam molekul yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat dari sebuah atom atau molekul. Pada umumnya terdapat dua gugus yaitu cis dan trans. Apabila gugus yang reaktif  adalah cis dan trans terhadap yang lainnya, maka perbedaan geometri kadang-kadang mudah ditunjukkan secara kimia., seperti asam meleat dan asam fumarat, yaitu dengan masing-masing cis asam butenadioat. Hasil yang didapatkan ketika asam meleat dipanaskan didalam tabung yang tertutup diatas titik lelehnya 1300C adalah anhidrit meleat dan 1 mol molekul air.


Apabila asam meleat dapat meleleh namun pada asam fumarat tidak seperti itu. Asam fumarat akan menyublim pada suhu 1280C membentuk anhidrida polimerik dan pada suhu tinggi akan membentuk anhidrida meleat. Adapun hal yang menyebabkan perubahan pada isomer-isomer geometri seperti asam meleat yang berubah menjadi asam fumarat dikarenakan ikatan rangkap C=C yang diubah untuk sementara waktu menjadi ikatan tunggal C-C, melalui ikatan tunggal inilah perputarannya dapat berlangsung dengan bebas atau leluasa.


Trans pada umumnya lebih stabil dibandingkan dengan cis  walaupun tidak selalu isomer, hal ini merupakan bagian yang paling banyak dalam kesetimbangan (Tim Kimia Organik, 2016).  

Isomer geometri adalah isomeri yang terbentuk karena disebabkan oleh adanya perbedaan letak atau gugus didalam ruang. Pada umumya  isomer geometri ini lebih sering kita sebut dengan isomer cis dan trans. Isomer ini berbeda dengan isomer yang lainnya, pada isomer ini tidak terdapat pada kompleks dengan struktur yang linear,  trigonal planar, atau tetrahedral, namun biasanya terdapat pada kompleks planar segi empat dan oktahedral. Kompleks yang bereaksi dengan sangat lambat dan kompleks yang inert ini hanya ada pada kompleks yan memiliki isomer. Hal ini terjadi dikarenakan kompleks-kompleks yang bereaksi dengan sangat cepat atau kompleks-kompleks yang labil, sering bereaksi lebih lanjut dan membentuk isomer yang stabil (Syabatini, 2012).

Ikatan kovalen dapat memunculkan kemungkinan agar terbentuknya senyawa-senyawa isomer, hal ini dikarenakan ligan terikat dalam ruangan sekitar pada ion logam pusat, peristiwa ini terjadi pada beberapa senyawa kompleks koordinasi. Adapun pengertian dari senyawa isomer tersebut adalah molekul-molekul atau ion-ion yang memiliki susunan atom yang sama sehingga bangun serta sifat yang dimilikinya berbeda-beda. Keisomeran yang sering kita temui pada senyawa kompleks koordinasi adalah keisomeran cis-trans dan keisomeran optik. Tanda bahwa terjadinya keisomera cis dan trans ini adalah terjadi pada senyawa kompleks yang memiliki bilangan koordinasi 4,5,6. Sedangkan senyawa kompleks yang emiliki bilangan koordinasi 4, keisomeran hanya terjadi pada bangun yang berisi empat ligan. Ligan tersebut memiliki jarak yang sama ke logam pusat. Misalnya, senyawa kompleks platina (II), (Pb (NH3)2. Cl2), mempunyai dua senyawa isomer yang berbeda kelarutannya, setawarna dan sifat dan lain sebagainya. Kompleks kobalt (III) etilendiamin. Senyawa kompleks pada umumnya memiliki dua isomer, yaitu isomer dektro (d) dan levo (I) (Rivai, 2014).

Pada dasarnya asam maleat dan asam fumarat keduanya memiliki rumus struktur yang sama yaitu HO­3CCH-CHCO3H (asam butedionat), namun walaupun memiliki rumus struktur yang sama asam maleat dan asam fumarat juga memiliki beberapa perbedaan, yaitu sebagai berikut. Asam maleat dapat dengan mudahnya membentuk anhidrat dari sebuah pemanasan atau treatment dengan menggunakan dehydrating agent, contohnya adalah air. Sedangkan pada asam fumarat dengan mudah membentuk anhidrat tetapi dengan  pemanasan yang dilakukan secara terus menerus. Asam fumarat tersebut dapat diubah menjadi anhidrat maleat. Perbedaan yang lainnya adalah asam maleat adalah isomer cis dan asam fumarat adalah isomer trans. Asam maleat dapat diperoleh dari oksidasi benzena (Wilcos, 2015).

Pada dasarnya senyawa-senyawa organik yang berikatan dengan atom karbon tidak hanya memiliki ikatan tunggal saja, namun juga memiliki ikatan rangkapnya. Adapun perbedaan pada gugus yang terikat pada atom karbon tunggal dan rangkap yaitu sebagai berikut. Pada gugus yang terikat pada atom karbon ikatan tunggal akan bebas berotasi sepanjang ikatan tunggal –C-C- akibat dari rotasi ini adalah tidak dapat dibedakannya orientasi bidang ruang gugus fungsinya, sedangkan pada gugus yang berikatan dengan atom karbon rangkap berlaku hal yang sebaliknya yaitu gugus atau atomnya tidak dapat berotasi bebas sehingga orientasi ruang gugusnya dapat diidentifikasi sehigga disebut juga dengan isomer geometri. Tidak hanya sampai disitu, isomer geometri juga dapat kita lihat pada senyawa-senyawa organik dengan rantai siklik contohnya adalah cincin dari karbon sikloalkana dimana pada cincin karbonnya terbentuk bidang pseudo yang biasanya difungsikan untuk menetappkan atau melihat orientasi relatif atom atau gugus yang terikat pada cincin karbom sikloalkana itu atau disebut sterokimianya. Orientasi atom yang berada di sisi cincin disebut “atas” kemudian pada sisi lainnya disebut “bawah”. Telah disepakati oleh para ahli kimia, ada suatu ikatan yang bentuknya baji yang digunakan untuk menunjukkan gugus/atom yang terletak di atas bidang rata-rata cincin (atas), sedagkan yang lain ada yang namanya garis tetas untuk ikatan pada atom atau kelompok-kelompok yang tempatnya pada bagian bawah cincin (bawah) (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/).
                       
   

V.                ALAT dan BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai bebrikut:
5.1  Alat
-          Erlenmeyer 125 ml
-          Pembakar bunsen
-          Corong buchner
-          Labu bulat 400 ml
-          Alat penentu titik leleh
-          Kertas saring
5.2  Bahan
-          Anhidrat maleat
-          HCl pekat
-          Kondesor refluks

VI.             PROSEDUR KERJA
1.    Dididihkan 20 ml air suling didalam erlenmeyer 25 ml.
2.  Ditambahkan 15 gr anhidrat maleat (anhidrat awalnya akan melebur (1530C) kemudian bereaksi dengan air menghasilkan asam maleat yang sangat  larut dalam air panas (400 gr/100 ml air panas) bahkan mudah larut dalam air dingin (79 gr/100 ml) pada 250C.
3.   Didinginkan labu dibawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan.
4.      Dikumpulkan asam maleat diatas corong buchner.
5.      Dikeringkan, dan ditentukan titik lelehnya.
6.      Jangan dibuang filtrat yang mengandung banyak maleat terlarut.
7.      Dipindahkan  filtrat ke dalam labu bundar 100 ml.
8.      Ditambahkan 15 ml HCl pekat.
9.      Direfluks perlahan-lahan selama 10 menit.
10.  Didinginkan larutan pada suhu kamar.
11.  Dikumpulkan asam fumarat dalam corong Buchner.
12.  Direkristalisasi dalam air (kira-kira 12 ml per gr asam).
13.  Ditentukan tiitk lelehnya dengan menggunakan melting blok logam.

Adapun video terkait dengan percobaan ini adalah sebagai berikut:
            https://youtube.be/Jz33rBxxsqU
Adapun permasalahan yang timbul dari video diatas yaitu:
1.     Apa fungsi dilakukannya proses refluks pada video tersebut?
2.  Mengapa dilakukan penambahan air panas dan HCl kedalam labu dasar bulat yang berisi asam maleat yang berbentuk kristal pada video tersebut?
3.    Mengapa setelah dilakukan refluks zat yang telah dihasilkan direndam didalam gelas kimia yang berisi air es?

Rabu, 17 April 2019

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM

JURNAL PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I
"Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom"




DISUSUN OLEH:

MIRNAWATI
 (A1C117013)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019

PERCOBAAN KE-8
I.                   JUDUL
“Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom”

II.                HARI/TANGGAL
Kamis / 18 April 2019

III.             TUJUAN
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
2.      Dapat membuat plat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
3.   Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
4.      Dapat memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom

IV.             LANDASAN TEORI
Kromatografi adalah salah satu dari teknik pemisahan dalam analisis kimia yang biasa lebih dikenal dengan fase diam dan fase gerak. Kromatografi ialah teknik dalam analisis kimia yang bertujuan untuk memisahkan campuran zat menjadi komponen atau partikel-partikel penyusun dari campuran tersebut, lalu komponen yang didapatkan akan dianalisis satu persatu. Jenis pemisahan berdasarkan kromatografi ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi cair, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas. Walaupun kromatografi ini terbagi dalam beberapa jenis namun pada prinsip dasarnya tetap sama satu dan lainnya. Dalam pemisahan secara kromatografi, ada beberapa istilah yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

Istilah penting
Pengertian
Fase gerak/pengemban
Fase gerak yang dimaksud adalah pelarut organik yang digunakan yang mengalir didalam kolom
Fase diam/adsorben
Fase diam yang dimaksud adalah zat padat yang menempel pada lapisan plat atau kaca, jenis fase diam yang digunakan tergantung pada kromatografi yang digunakan. Contoh: silika gel, selulosa, dan dedosil sulfat.
Eluen
Eluen adalah campuran dari pelarut yang merambat pada kolo, lapis tipis, atau kertas.
Eluat
Eluat adalah cairan yang keluar dari kolom yang membawa komponen dari campuran yang akan dipisahkan.   
Elusi
Elusi adalah proses pemisahan komponen dari campuran dengan cara menambahkan kombinasi pelarut tertentu.
Analit
Komponen yang telah memisahkan diri dari campuran.
           
Adapun prinsip dari pemisahan kromatografi adalah didalam suatu campuran yang terdiri dari komponen-komponen zat tertentu dimana komponen tersebut terletak pada perbedaan afinitas atau gaya adesi dari setiap jenis analit terhadap fase diam dan fase gerak, oleh karena itu komponen-komponen tersebut dapat terpisah dari campurannya. Penentuan afinitas dari suatu analit dapat kita tetapkan dengan melihat daya adsorpsinya terhadap fase diam dan kelarutan analit tersebut terhadap fase gerak yang digunakan atau yang dipakai(http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).

Kromatografi adalah teknik pemisahan suatu komponen berdasarkan pendistribusian zat antara dua fase, yaitu fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Kromatografi ini memiliki azas penting, azas penting tersebut adalah pada senyawa yang berbeda juga memiliki koefisien yang berbeda diantara kedua fase tersebut. Ada dua kemungkinan yang terjadi pada senyawa-senyawa tersebut yaitu senyawa yang berinteraksi secara lemah dan senyawa yang berinteraksi secara kuat. Untuk senyawa yang beriteraksi secara kuat dengan fase diam akan bergerak lambat, dan untuk senyawa yang berinteraksi secara lemah dengan fase diam akan bergerak lebih cepat dan akan lebih lama tertinggal dalam fase gerak dalam sistem kromatografi. Pada dasarnya, setiap komponen yang ada dalam campuran senyawa ini bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda pada sistem kromatografi, oleh karena itu akan dihasilkan pemisahan yang sempurna. Kromatografi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu kromatografi lapis tipi (TLC), kromatografi kolom, kromatografi gas (GC), dan lain sebagainya. Kromatografi yang pertama adalah kromatografi lapis tiis (TLC ;Thin Layer Chromatography), pada kromatografi ini bahan penyerapnya dilekatkan tersebar pada plat kaca, alumunium, atau plastik. Kromatografi tipis ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh jenis kromatografi yang lain yaitu pada sistem pengerjaannya lebih cepat, kebutuhan bahan  dapat disesuaikan dengan keperluan  dan pemisahan yang dilakukan baik. Sedangkan untuk kromatografi kolom itu sendiri adalah teknik kromatografi yang penting untuk skala preparatif, dari beberapa miligram samapi puluhan gram. Pada kromatografi kolom ini pemisahannya digunakan dengan menggunakan kolom kaca yang diisi dengan bahan penjerap. Oleh karena itu kromatografi ini dinamakan kromatografi kolom. Cara melakukan pemisahan ini adalah dengan cara memasukkan campuran yang akan dipisahkan dibagian atas timbunan penjerap, dimana semua campuran ini akan terjerap semuanya. Dalam kromatografi ada istilah eluen, eluen adalah fase gerak yang dialirkan terus-menerus melalui bahan penjerap. Semua zat yang berada didalam campuran tersebut akan ikut turun dengan kecepatan yang berbeda-beda, hal ini bergantung pada afinitasnya terhadap penjerap (Tim Kimia Organik, 2016).

      Teknik kromatografi kolom terbuka (KLT) pertama kali dikembangkan oleh Ismailoff dan Schaiber pada tahun 1938. Pada teknik pemisahan ini ada yang dinamakan dengan adsorben dan adsorbat. Adsorben adalah zat digunakan untuk menyerap partikel atau molekul yang ada didalam suatu zat. Sedangkan adsorbat adalah zat yang akan diserap. Pada kromatografi kolom terbuka ini adsorben dilapiskan diatas lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Kromatografi kolom terbuka adalah kromatografi dimana fasa bergerak ini akan berjalan sepanjang terjadinya fase diam hingga terbentuknya kromatografi. kromatografi kolom ini adalah metode kromatografi yang sederhana, cepat dalam melakukan pemisahan dan mudah untuk didapatkannya senyawa-senyawa yang terpisah. Adapun pelapis yang sering digunakan pada kromatografi kolom ini adalah silici gel, namun terkadang juga digunakan bubuk selulosa (Khopkar, 2010).

      Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan yang terdiri dari dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam (Stationer Phase) adalah salah satu fase yang penting karena dengan adanya fase diam ini didapatkannya perbedaan waktu retensi (Rf) dan terpisahnya komponen senyawa analit dari sampel tersebut. contoh dari fase diam adalah berupa bahan atau porous (berpori) yang berbentuk molekul kecil atau cairan yang pada dasarnya bahan tersebut dilapisi oleh padatan pendukung. Sedangkan fase gerak adalah fase yang membawa analit, fase gerak ini dapat bersifat inert ataupun berinteraksi dengan analit. Pada dasarnya fase gerak yang ada tidak selalu berbentuk cairan, ada juga fase gerak yang berbentuk gas, gas yang digunakan yaitu sebagai carrier gas senyawa yang bersifat volatil atau mudah menguap, namun kebanyakan dari penelitian menggunakan fase geraknya  adalah berupa cairan (Krisma, 2010).
       
      Pada teknik pemisahan dengan cara kromatografi ini setelah dilakukan proses kromatografi yaitu dari proses penotolan noda pada plat, kemudian pengujian dengan eluen langkah selajutnya adalah mendeteksi noda yang telah didapatkan. Dalam hal ini pendeteksian noda pada kromatografi lapis tipis (KLT) lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan kromatografi kertas. Dalam pendeteksian ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik umum yang biasanya dilakukan. Jika didapatkan noda yang tidak berwarna atau berpendar jika dikenai oleh sinar ultraviolet dapat ditempatkan dengan cara yaitu mendidihkan papan pengembang pada larutan iod. Sehingga nantinya uap iod tersebut akan berinteraksi dengan komponen sampel yang terbentuk baik berdasarkan kelarutan membentuk warna atau secara kimiawinya (Soebagio, 2000).

     
V.                ALAT dan BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
5.1  Alat
-          Plat TLC                                       - Erlenmeyer
-          Gelas piala                                     - Pipa kapiler
-          Dryer                                             - Bejana pengembang
-          Kolom kromatografi                     - Lampu UV
-          Glass wool                                    - Tabung reaksi
-          Pengaduk                                      - Pipet tetes
-          Pensil                                             - Glass wol
5.2  Bahan
-          Metanol                                         - Etanol
-          Etil-asetat                                      - Kloroform
-          n-heksan                                        - Aseton
-          Ekstrak tanaman                           - Serium sulfat
-          Ekstrak daun                                 - Silika gel
-          Asam asetat                                   - Larutan pengembang

VI.             PROSEDUR KERJA
6.1  Kromatografi Lapis Tipis
1.     Disiapkan Plat TLC
2.   Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform     : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
3.      Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
4.   Diambil masing-masing larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan (  ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
5.      Dikeringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup).
6.      Dimasukkan pelat ke dalam bejana pengembang
7.    Dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat.
8.   Diangkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
9.     Dihitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.

6.2  Kromatografi KolomDi
1.      Disiapkan 10 ekstrak daun
2.      Disiapkan kolom kromatografi
3.      Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool.
4.      Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal.
5.      Dimasukkan tersebut kemudian kedalam kromatografi kolom.
6.      Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
7.      Diteteskan pelarut secara terus- menerus kedalam kolom
8.   Ditampung tetesan yang keluar dari kolom dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.

Dibawah ini merupakan video percobaan yang terkait dengan kromatografi:
Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan video tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Dari video tersebut dapat kita ketahui prinsip kerja dari kromatografi, apakah prinsip kerja tersebut?
2.  Dari video tersebut dijelaskan bahwa eluen yang akan digunakan pada proses kromatografi adalah eluen yang telah dijenuhkan. Bagaimana cara melihat eluen tersebut telah jenuh atau tidak?
3.  Pada video tersebut saat ingin melakukan proses kromatografi lempeng KLT yang digunakan sebagai alat untuk pemisahan ini diletakkan miring dengan derajat kemiringan sekitar 300. Apa fungsi diletakkannya lempeng tersebut dengan kemiringan 300?

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM

LAPORAN PRAKTIKUM    KIMIA ORGANIK I "KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM" DISUSUN OLEH: MIRNAWATI   (A1C11...