Rabu, 27 Februari 2019

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I KALIBRASI TERMOMETER DAN PENENTUAN TITIK LLEH

JURNAL PRAKTIKUM  
KIMIA ORGANIK I
"Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh"





DISUSUN OLEH:

MIRNAWATI
 (A1C117013)

DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI   
2019


PERCOBAAN KE-2
I.                   JUDUL   
“Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh”

II.                HARI/TANGGAL
Kamis/ 28 Februari 2019

III.             TUJUAN 
Adapun tujuan dari percobaan ini sebagai berikut:
1.     Agar mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam penentuan titik leleh senyawa murni
2.    Agar dapat melakukan kalibrasi termometer sebelum digunakan untuk penentuan titik leleh suatu senyawa murni
3.   Agar dapat membedakan titik leleh suatu senyawa murni dengan senyawa yang tidak murni
4.   Agar dapat melakukan penentuan titik leleh suatu senyawa murni yang diberikan sebagai sampel

IV.             LANDASAN TEORI

Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui suhu atau temperatur suatu zat padat, cair, ataupun uap disekeliling kita, baik dalam suasana dingin, panas, ataupun dalam suasana biasa saja yang harus kita ketahui dengan cermat ketelitian pengukurannya sebelum kita gunakan. Keakuratan dari suatu termometer sangat menentukan hasil dari pekerjaan atau praktikum dilaboratorium, karena dari  sinilah dapat dilakukan pekerjaan selanjutnya seperti penentuan titik leleh dari suatu zat padat. Oleh karena itu kita harus benar-benar teliti dalam mengkalibrasi termometer yang akan kita gunakan cara pengkalibbrasiannya harus menggunakan tahapan baku kalibrasi termometer. Kemudian kita harus mencari tau bagaimana termometer yang masih bagus atau dapat bekerja berdasarkan fungsinya untuk digunakan dan tahu bagaimana cara menjaga dan merawat termometer itu sendiri (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).

Termometer adalah alat pengukur temperatur atau suhu yang banyak dimanfaatkan dalam bidang pendidikan terutama pada  kegiatan eksperimen fisika atau eksperimen dibidang lainnya. Termometer terbagi menjadi dua, yaitu termometer analog dan digital. Termometer digital menggunakan logam sebagai sensor suhunya yang kemudian suhunya mengalami pemuaian dan pemuaian yang telah terjadi diartikan oleh rangkaian elektronik dan akan diperlihatkan dalam bentuk angka yang mudah dibaca dan dipahami (Jamzuri, 2016: Vol 6 No 1:25).

Titik leleh senyawa murni dapat diperoleh berdasarkan rentang lelehnya, diawali dengan terjadinya pelelehan, perubahan padat cair, hingga akhirnya seluruh kristalnya meleleh. Khal yang pertama dilakukan adalah ristal dihancurkan atau digerus yang kemudian diletakkan dalam ujung bawah pipa gelas kapiler, selanjutnya dilakukan pembakaran secara menyeluruh serta sedikit demi sedikit diarea gelas kapiler. Panas yang diukur berada persis pada zat yang sedang meleleh. Pada saat ingin melakukan pengukuran dengan menggunakan termometer, terlebih dahulu hal yang harus dilakukan adalah melakukan kalibrasi agar didapatkan hasil yang teliti dan cermat. Sasaran utama dari pengkalibrasian ini adalah menguji kemampuan untuk kerja dari termometer tersebut, baik dalam pengukuran batas bawah dan atas skala termometer (Tim Kimia Organik I, 2016:11).

Zat padat mempunyai titik lebur dengan jangkauan suhu yang kecil. Berbeda dengan zat padat amorf, pada zat padat amorf pada saat jangkauan suhu yang besar ia akan melunak lalu melebur. Pada umumnya partikel-partikel dari zat amorf tersebut tidak beraturan oleh karena itu topik bahasan zat padat hanya pada kristal saja. Suatu zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Adapun dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama diberi nama isomofik (sama bentuk), contohnya yaitu NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat isomorfik jarang bisa mengkristal atau memadatkan bersama secara tunggal. Maksudnya adalah satu partikelnya tidak dapat mengantarkan kedudukan partikel lain. Contoh Na+ tidak dapat menggantikan K+ dalam KCl (Syukur, 2011:119).

Pelelehan merupakan hasil perubahan dari keadaan padat kecair. Tanda padatan sedang berada pada titik leleh normalnya apabila temperatur padatan dan cairan berada dalam keadaan setimbang yaitu tekanannya dibawah 1 atm. Titik leleh normal pada es yaitu 0,00 0C, dengan begitu air dan es berada dalam posisi yang sama dalam waktu kesetimbangan dan tekanan 1 atm. Apabila terjadi penurunan suhu maka akan terjadi perubahan pada air tersebut yaitu airnya akan menjadi beku. Tetapi jika kita memanaskan kembali dengan jalan menaikkan suhunya maka semua es akan meleleh atau mencair. Titik leleh tidak bergantung pada tekanan sehingga istilah kata “normal” biasanya ditiadakan dalam konteks titik leleh. Titik leleh lebih cenderung pada bentuk molekul dan rincian interaksi antar molekul, oleh karena itu keragaman yang ada pada titik leleh kurang terstruktur bila dibandingkan dengan gaya tarik (David, 2010:144).

V.             ALAT DAN BAHAN
5.1  Alat
- Labu erlenmeyer      
- Termometer                          
- Pemanas                               
- Pipa gelas kapiler                             
- Stick                                                              
5.2  Bahan
- Es batu                     
- Air                                        
- Gabus                                                            
- Sampel zat murni                 
           
VI.                PROSEDUR KERJA
6.1  Kalibrasi Termometer
1.   Dibuat campuran bubuk es dan air dalam labu erlenmeyer 250 ml sehingga 2/5 bagian volumenya terisi
2.  Dimasukkan termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es + air, disumbat mulut labu erlenmeyer tersebut dengan gabus, sehingga campuran tersebut tegrisolasi dari udara luar
3.      Dicatat batas bawah skala termometer tersebut (0)
4.      Diangkat termometer dan diulangi lagi prosedur 1-3
5.     Dirancang kebali alat dengan mengisi 2/5 bagian erlenmeyer dengan aquades
6.    Dimasukkan termometer hingga tepat 1 cm diata permukaan air, disumbat dan  diusahakan termometer berada pada posisi tegak/vertikal
7.   Dilakukan pemanasandan catat suhu saat air mulai mendidih dan suhu tidak naik-naik lagi (konstan)
8.      Diulangi prosedur 3-7 sekali lagi

6.2  Penentuan titik leleh
1.    Diambil pipa gelas kapiler, lalu dibakar ujungnya sehingga tertutup
2. Dimasukkan sampel zat murni atau campuran dari ujung lainnya. Lalu dipadatkan dengan bantuan stick yang berlubang tengahnya. Tinggi sampel dalam pipa kapiler tidak lebih dari 2 mm.
3. Pipa kapiler yang berisi sampel diikatkan dengan termometer menggunakan benang (bagian ujung bawah termometer)
4.  Dimasukkan alat tersebut kedalam erlenmeyer yang telah diisi air atau minyak (tergantung tinggi TL zat tersebut) dengan mengisi 2/3 erlenmeyer dan disumbat dengan gabus mulut erlenmeyer
5.  Dipanaskan perangkat alat ini secara perlahan dan dicatat suhu saat tepat zat meleleh hingga semua zat meleleh
6.  Dilakukan prosedur 1-5 sebanyak dua kali untuk tiap sampel yang diberikan. Sampel murni terdiri dari naftalen, glukosa, alpha-naftol, asam benzoat dan maltosa
7.    Ditentukan titik leleh campuran dua senyawa yang sama dengan proporsi 1:1, 1:3 dan 3:1. Gambarkan titik autentik yang diperoleh untuk hasil yang abik, digambarkan titik autentik pada kertas milimeter block (kertas grafik)

6.3  Demonstrasi titik leleh dengan MPA (Melting Point Apparatus)
1.  Ditempatkan sampel yang akan diketahui titik lelehnya pada pipa gelas kapiler setebal lebih kurang 2 mm.
2.  Ditempatkan pipa kapiler pada alat bagian atas. Terdapat 3 lubang yang diameternya 3mm, lubang tengah untuk pipa kapiler yang berisi sampel dan lubang lain yang diisi dengan pipa kapiler kosong (konstan)
3.  Dihubungkan alat dengan tombol listrik dan on-kan. Variabel suhu dapat diatur dengan tombol agar naik secara kosntan dengan kecepatan tertentu. Pengamatan dapat dilakukan dari lubang kecil disisi depan alat ini. Perhatikan variabel suhu saat zat sudah meleleh.

Berikut ini video yang terkait dengan percobaan diatas.
https://www.youtube.com/watch?v=NtcHmefGscs

  Adapun permasalahan yang didapatkan dari video tersebut adalah sebagai berikut:
1.  Mengapa pada penentuan titik leleh zat yang digunakan adalah gula mengapa tidak zat yang lain?

2.  Apa fungsi minyak yang digunakan dalam proses  pemanasan pada percobaan penentuan titik leleh?

3.  Berdasarkan video penentuan titik leleh diatas alat yang digunakan adalah alat sederhana yaitu kaleng bekas yang telah dibersihkan sebelumnya, apakah hasil yang didapatkan akan akurat? Jelaskan!

Jumat, 22 Februari 2019

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I ANALISA KUALITATIF UNSUR-UNSUR ZAT ORGANIK DAN PENENTUAN KELAS KELARUTAN




JURNAL PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK I





 

DISUSUN OLEH:

MIRNAWATI

 (A1C117013)


DOSEN PENGAMPU

Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI 

2019





PERCOBAAN I
I.                   JUDUL
”Analisa Kualitatif Unsur-unsur Zat Organik dan Penentuan Kelas Kelarutan”

II.              HARI/TANGGAL 
Sabtu, 23 Februari 2019

III.             TUJUAN PRAKTIKUM
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
             1.      Untuk mengetahui prinsip dasar dalam analisa kualitatif dalam kimia organik
2.   Untuk mengetahui tahapan kerja analisa yang dimulai dengan unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, halogen dalam suatu senyawa organik dan penentuan kelas kelarutannya.
3.      Untuk mencoba beberapa senyawa unknown untuk dianalisa


IV.             LANDASAN TEORI

      Analisa organik kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi senyawa organik yang tidak diketahui (unknown). Keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik. Kerja analisa dalam organik kualitatif terutama akan mencakup bidang-bidang analisa unsur, klasifikasi kelarutan dan sifat fisik, klasifikasi gugus fungsi dan cara idntifikasi sifat derivatnya. Tahap pertama analisa organik kualitatif adalah menentukan adanya unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, halogen, belerang dan fosfor. Karbon dan hidrogen ditentukan dengan cara memanaskan senyawa dengan tembaga (II) oksida, akan terjadi oksigen menghasilkan CO2 yang menunjukkan adanya hidrogen. Adanya CO2 bisa ditunjukkan dengan cara melewatkan gas dalam larutan Ca(OH)2 yang menjadi keruh endapan putih (CaCO2). Sedangkan H2O akan terlihat berupa uap/tetsan air dalam tabung reaksi. 
       Untuk menentukan adanya nitrogen, halogen, dan belerang, ditentukan melalui cara leburan natrium. Senyawa organik yang mengandung N, X atau S, bersifat non polar, bukan bentuk ionnya. Oleh karena itu dibuat terlebih dahulu leburannya dengan logam natrium, membentuk senyawa-senyawa anorganiknya.
      




berbentuk larutan yang jernih dan selanjutnya dites dengan cara umum untuk :   
  • Nitrogen Tes Lassaigne/Prussion blus. Natrium sianida diubah menjadi natrium ferrosianida yang dengan FeCl2 akan menghasilkan endapan biru dari Fe4(Fe(Cn)6)3.
  • Halogen. Tes halida perak. NaX dengan larutan AgNO3 dalam suasana asam nitrat akan menghasilkan endapan AgX yang berwarna (AgCl putih-abu, AgBr kuning).
  • Belerang.  Larutan NaX, bila mengandung S dalam suasana asam asetat dengan larutan Pb-asetat akan terjadi endapan coklat tua, PbS. Jika digunakan larutan Na-nitroprossida, Na2Fe(CN)5NO, sebagai pereaksi akan memberikan warna merah ungu.  
Setiap senyawa organik mempunyai sifat kelarutan yang khas, yang meliputi jenis pelarutan dan jumlah kelarutanya. Untuk ini bisa dilihat tabelnya dalam gandbook. sifat kelarutan akan membantu memperdempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis. Sistematik klasifikasi kelarutan yang dibuat kamm dalam bentuk kelas dan jenis pelarutanya (Tim Kimia Organik I, 2016).

       Ada dua jenis analisis, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kualitatif adalah membahas mengenai identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisa kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur (Vogel, 2015). 


        Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).

      Analisa zat organik dalam air dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Metode titrasi ini menggunakan kalium permanganat yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksidasi secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh murah dan tidak memerlukan indikator kecuali larutan sangat encer (Hartami, 2016).  

        Teknik PGFNAA (Prompt Gamma Fast Neutron Activation Analysis) sangat berguna dan sensitif untuk mendeteksi adanya unsur-unsur ringan seperti C, N, O, S yang tidak mudah dideteksi oleh teknik analisis lainnya. pada percobaan awal ini cuplikan grafit dengan kerat tertentu diaktivasi dengan neutron cepat selama 30 menit dan gama serentak yang timbul dari cuplikan grafit dilakukan pencacahan secara langsung dengan alat spektrokopis gamma dengan detektor NaI (TI) dengan efisien 20% (Sunardi dan Darsono, 2015).
 
V.                ALAT dan BAHAN
5.1  Alat
- Tabung reaksi - Spatula
- Ampul - Cawan porselen
- Pipet tets - Kaki tiga/kasa
- Penjepit - Bunsen
- Pipa U - Rak tabung reaksi
- Gelas ukur 100 ml - Korek api
- Pinset - Kawat tembaga


5.2 Bahan
- 1-2 gram serbuk CuO kering    - FeCl3
- Larutan Cu(OH)2                    - KF 10%
- CCl4                                      - NaOH
- CaO                                       - H2SO4
- Air suling                               - HNO3
- AgNO3                                  - HCN/H2S
- Sebiji logam Na                       - Eter
- Asam asetat                            - NaOHCO3
- Pb-asetat 10%                          - HCl
- Na-nitroprosida                       - FeSO4



VI.             PROSEDUR KERJA
6.1.          Analisa unsur
6.1.1. Karbon dan Hidrogen
1.    Ditempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering dalam cawan porselin
2.    Dikeringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen
3.    Dicampurkan sejumlah gula (lebih kurang 1/10 jumlah)
4.   Dipindahkan kedalam tabung reaksi pirex dengan dilengkapi sumbat dan pipa pengalir gas
5.  Disusun tabung pengalir gas sehingga gas yang mengalir bisa masuk kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2  
6.    Dipanaskan campuran diamati hasilnya
7.    Diperhatikan air yang mengembun ditabung reaksi bagian atas­
6.1.2. Halogen
6.1.2.1. Tes Beilstein
1. Dipanaskan kawat tembaga sampai kemerah-merahan dan tak memberikan nyala lain
2.  Didinginkan
3.  Ditetesi kawat tersebut dengan 2 tetes CCl4
4.  Dipijarkan kembali lalu diamati warna nyala yang ditunjukka oleh uap Cu-Halida yang terbentuk Cu-Halida yang terbentuk
6.1.2.2. Tes CaO
1. Dipanaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai suhu tinggi dalam tabung reaksi besar
2.  Ditambahkan 2 tets CCl4 ketika masih panas
3.  Didihkan dengan 5-10 air suling setelah dingin
4.  Dituangkan kedalam gelas kimia 100 ml dan larutan dalam HNO3 encer (1 vol HNO3 pekat dalam 1 vol air suling)
5.  Disaring dengan kertas saring biasa kalau lallrutan jernih tak didapat
6.  Ditambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer 5-10%
7.  Diamati  apa yang terjadi
6.1.3. Metode Leburan dengan Natrium
1.  Ditempatkan tabung reaksi kecil (50 x 8mm) dalam lubang kecil pada keping asbes sebagai pemegang
2.    Dimasukkan sebiji logam Na (lebih kurang sebesar biji kacang hijau)
3.   Dipanaskan hati-hati sampai meleleh dan diuapkan Na bagian bawah tabung
4. Dihentikan nyala api untuk sementara, lalu ditambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halogen, S dan N secepatnya.
5.  Dimasukkan sedikit butiran saja jika zatnya padat dan dimasukkan beberapa tetes jika cair (reaksi eksoterm akan terjadi dengan spontan)
6. Dipijarkan kembali tabung sampai membara (usahakan zat didalam tabung jangan sampai terbakar)
7.  Dimasukkan tabung kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi sekitar 15 ml air suling ketika tabung masih membara, tabung akan segera pecah dan sisa sedikit Na akan bereaksi dengan air
8. Dihancurkan bagian sisa  tabung dalam gelas kimia tadi bila reaksi sudah kembali tenang, lalu didihkan diatas api
9.  Disaring dengan kertas saring biasa  lalu gunakan larutan ini (larutan Lassaigne) untuk keperluan tes-tes berikutnya

a.    Belerang
1.  Diasamkan 3 ml larutan dengan asam asetat
2. Didihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basa yang sudah ditetes Pb-Asetat 10%
3.  Diamati yang terjadi
4.  Ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-Nitroprosida pada bagian larutan lainnya
5.  Diamati warna larutan yang terjadi

b.    Nitrogen
1.  Ditambahkan 5 tets larutan FeSO4 yang masih baru kedalam 3 ml larutan L dan 1 tetes larutan FeCl3 serta 5 tets larutan KF 10%
2.  Ditambahkan lebih kurang 1-2 ml larutan NaOH sampai bersifat basa, lalu  dididihkan (hati-hati terjadi bumping)
3. Didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat encer (20-25%) jika belerang tidak ada. Endapan biru berlin menandakan adanya N dan mungkin baru muncul setelah beberapa saat didiamkan.
4.  Bila belerang ada ditambahkan larutan L, 5 ml tetes FeSO4 masih baru, lalu 1-2 ml larutan NaOH sampai basa.
5.  Dipanaskan sampai mendidih (hati-hati bumping)
6.  Disaring endapan FeS
7. Diasamkan dengan larutan H2SO4 encer 10-20% ditambahkan 5 tets larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan biru berlin

c.    Halogen
1.  Diasamkan 3 ml larutan L dengan larutan HNO3 encer (1 vol HNO3 pekat dalam 1 vol air)
2. Didihkan hati-hati 5-10 menit jika N dan S ada untuk menghilangkan HCN atau H2S yang mungkin terbentuk
3. Ditambahkan 5 ml AgNO encer 5-10% dan lanjutkan pendidihan dengan beberapa menit. Endapan yang banyk menandakan adanya halogen, bila sedikit mungkin hanya pengotor dalam pereaksi

6.2.            Penentuan Kelas Kelarutan
1. Ditentukan kelas kelarutan dari 5 senyawa yang ditunjukkan oleh dosen atau asisten
2. Dicatat nama senyawa, struktur (cari dalam handbook), unsru yang dikandungnya dan bau serrta warnanya
6.2.1. Kelarutan dalam air
1. Dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam tabung reaksi besar
2.  Ditambahkan 3 ml air suling
3. Dikocok kuat-kuat (larutan jernih berarti larut dalam air (+), larutan keruh berarti tak larut dalam air (-)) bila hasilnya (+) selanjutnya dilakukan tes dalam eter, bila (-) lanjutkan tes kelarutan dengan pelarut lainnya
6.2.2. Kelarutan dalam eter
1.  Ditambahkan 3 ml pelarut eter bila jernih artimnya (+) larut dalam eter atau sebaliknya
6.2.3. Kelarutan dalam NaOH 5%
1. Ditambahkan 3 ml larutan NaOH 5%. Larutan jernih berarti (+), biasanya disertai perubaha warna dan bila larutan keruh berarti (-)
2.  Jika terjadi keraguan, campuran disaring dan filtratnya dinetralkan dengan asam HCl encer. Jika keruh artinya tesnya (+),bila (+) lanjutkan dengan NaHCO3
6.2.4. Kelarutan dalam NaHCO3
1. Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5% sama seperti diatas. Bila timbul gas CO2 berarti hasilnya (+) dan sebaliknya (-)
6.2.5. Kelarutan dalam HCl
1.    Ditambahkan 5 ml larutan HCl 5% sama seperti diatas
2.    Dikocok dan diamati. Larutan jernih bila hasilnya (+)
3.    Disaring campuran bila keruh dan meragukan
4.    Dinetralkan filtrat dengan larutan NaOH encer. Bila larutan jadi keruh berarti hasilnya (+)
6.2.6. Kelarutan dalam H2SO4 pekat
1.    Ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat
2.  Dikocok dengan hati-hati. Bila jernih atau timbul panas atau perubahan warna, berarti (+)
6.2.7. Kelarutan dalam H3PO4 pekat
1.   Ditambahkan asam sulfat pekat seperti diatas. Jernih artinya 9+)
2.  Dibuat tabel atau diagram hasil pengamatan kelarutan dan diambil kesimpulannya.


Adapun lampiran video dari percobaan diatas sebagai berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=F92n9rOS3Os

Permasalahan :
1. Pada percobaan diatas digunakan 3 bahan yang diujikan yaitu sukrosa, tepung dan garam dapur (NaCl). Mengapa 3 bahan tersebut yang digunakan dalam percobaan penentuan kadar  karbon ini? mengapa tidak digunakan bahan lain?
2. Pada percobaan diatas dilakukan pemanasan, apa fungsi dilakukannya pemanasan tersebut?
3. Mengapa pada saat 3 bahan pada percobaan tersebut dipanaskan bahan sukrosa yang paling cepat bereaksi atau meleleh dari pada bahan yang lainnya? Mengapa tidak tepung atau garam dapur yang duluan bereaksi atau meleleh? 






















LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM

LAPORAN PRAKTIKUM    KIMIA ORGANIK I "KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM" DISUSUN OLEH: MIRNAWATI   (A1C11...